27 August 2008

Journey to Green Canyon & Pangandaran, 23 – 24 Aug 2008

Pangandaran, Green Canyon, 23 – 24 August 2008

Perjalanan kali ini menuju daerah Pangandaran. Tepatnya tujuan utama adalah Green Canyon di daerah Cijulang, walau belum pernah ke Pangandaran sebelumnya. Tempat ini menjadi menarik buat kami (gw and team :) ) setelah mencari-cari informasi di internet mengenai tempat ini. Dari pengalaman orang-orang yang pergi kesana, tempat ini sangat direkomendasikan untuk di kunjungi. Rencana awal, gw mau jalan bareng ama teman Sidikalang gw tanggal 16-18 Aug, tapi rencana batal karena sangat minim persiapan, mengumpulkan orang yang berpencar dimana-mana itu susah. Teman kantor juga yang dimotori oleh Faisal juga merencanakan pergi kesana akhir Agustus ini. Akhirnya ketemulah tanggal 23-24 Aug kesana berhubung akhir bulan alias tanggal 29 kakak gw wisudaan dan orang tua gw dateng yang otomatis gw ga bisa ikut kalo tanggal segitu. Dari rencana banyak orang alias > 5 orang, akhirnya di hari H yang jadi berangkat Cuma ber tiga!!! Gw, Faisal dan Ida teman Faisal.

Berangkat menuju Banjar
Informasi yang didapat dari lapangan dan berbagai informasi di internet, perjalanan dari Jakarta ke Pangandaran itu ada bis langsung, Budiman, yang berangkat dari Terminal Kampung Rambutan terakhir itu jam 21:00. Karena ke asik an di kantor, bukan karena kerja juga sih, kita telat ke Kp. Rambutan. Kita sibuk nyariin alternatif ke Pangandaran dari Jakarta, nemu alternatif, dari Jakarta – Tasik – Pangandaran. Jam 8 lewat kita baru jalan dengan di anterin supir sewaan tim Enfa asuhan pak Faisal ke terminal Kp. Rambutan.

Diterminal Kp. Rambutan kita di dekatin calo-calo sebegitu turun dari mobil. Kita dengan gaya sok artis menolak untuk di interview hahaha… Karena tujuan pertama adalah warung terdeket untuk beli minum yang sebenarnya ingin menanyakan info lengkapnya. Setelah dapat informasinya kita masuk dengan masih tetap di dekati oleh para wartawan infotainment yang sangat pengen tau kehidupan pribadi kami *ngayal*. Kami melihat satu persatu bis yang berjejer di terminal dan cuex dengan wartawan2 itu *teteup*. Faisal fokus dengan bis jurusan Tasik, sedangkan Ida yang lebih berpengalaman ke daerah ini melihat ada bis jurusan Banjar yang lebih deket ke Pangandaran dari pada bis jurusan Tasik. Setelah nanya sang wartawan *kok kebalik yah?? Yang nanya malah artisnya ke wartawannya* sedikit info yang diperlukan, kami pun naek bis jurusan Banjar, namanya PO Bahagia Utama, bisnya mayan PW sih, ga PW2 banget tapi ada toiletnya, seat nya 2-2, bukan 3-2. Oh ia, harga tiket nya Rp. 55.000/kepala. Bis berangkat jam 22:30.

Sepanjang perjalanan gw and team tidur, mmm…not exactly tidur sih! Gimana mau tidur, susah, gw ga pernah sukses tidur dengan posisi duduk, pasti tidur bentar udah langsung bangun lagi. Tiba di Banjar itu sudah jam 5.00 pagi…berrrr… dingin euy sepanjang perjalanan.

Dari terminal Banjar udah ada angkot yang menunggu untuk menuju Pangandaran, gw lupa nama angkotnya apa, tapi bentuknya seperti Metro Mini, otomatis ini Non AC dan ada orang yang merokok di dalamnya. Duh pagi-pagi udah menghirup udara seger dari rokok itu… Harga tiket dari Banjar – Pangandaran itu Rp. 15.000. Perjalanan memakan waktu 2 jam, berangkat dari Banjar jam 05:17 tiba di terminal Pangandaran sekitar jam 7: 20. Jalannya itu muter-muter buat kami yang terkantuk-kantuk dan lupa pegangan terlempar kekiri dan kanan, lucu sendiri kalo udah sadar… Hehehe… kepentok kiri kepentok kanan, kadang kaget kirain udah jatoh hehee…

Terminal Pangandaran
Di Terminal Pangandaran kami kembali di dekati oleh wartawan infotainment lokal Pangandaran, yaitu para tukang becak, yang sudah melihat gelagat wisatawan lokal yang ga berduit dateng berkunjung ke Pangandaran. Kami ditawari naek becak ke lokasi pantai dan menemani mencari penginapan sampai dapat dengan harga becak Rp. 10.000 per becak. Becak bisa di isi oleh maks 2 orang, jadi 1 becak berisi Faisal dengan tas-tas kami dan satu lagi berisi gw dan Ida. Sepanjang perjalanan naek becak, kami meng interview sang tukang becak, *lagi-lagi kebalik, kok artis yang meng-interview wartawan infotainmentnya??* mengenai Tsunami yang terjadi di Pangandaran sekitar tahun 2007 (2006?) lalu. Ternyata sewaktu Tsunami ada 1000 orang warga yang meninggal dan hotel-hotel daerah sana rusak. Sekarang sih udah mendingan, udah banyak hotel-hotel baru yang terlihat.

Penginapan
Well, lanjut dengan acara pencarian penginapan. Si tukang becak dengan semangat 45 mencarikan penginapan buat kami, Pak Faisal sebenarnya udah punya nama-nama penginapan murah yang dicari dari blog orang-orang yang udah pergi kesana. Ada namanya Puri Sakura, sayangnya lagi penuh, cuma sisa 1 kamar, yang hanya bisa di isi 2 orang dan ga ada extra bed. Batal di Puri Sakura, dilanjutkan dengan pencarian di tempat laen, lagi mahal-mahal euy, katanya lagi high season karena minggu depan udah masuk bulan puasa, jadi minggu ini puncaknya. Akhirnya nemu juga penginapan berbentuk rumah yang terdiri dari 2 kamar dan ada ruang tamunya berisi tv dan sofa, plus kamar mandi yang bak mandinya itu berlumut hijau.. ihhh…mandi air lumut ceritanya. Harga penginapan di kenai biaya Rp. 250.000 semalam. Itu juga denger2 mahal karena biaya calo + lagi high season. Well, no problemo lah…

Green Canyon
Setelah mandi dan persiapan ke Green Canyon (hanya bawa baju ganti sih), kami naek becak lagi menuju terminal Pangandaran. Tetep, intinya naek becak itu Rp. 10.000. Di terminal nyari makan dulu, laper dari pagi blon makan, ini udah jam 10 pagi. Makan pake ayam goreng plus mie plus kangkung Rp. 7.000,murah. Abis makan kami mencari transportasi menuju Green Canyon, tapi gw ke toilet dulu, dan sebalik dari toilet Ida dan Faisal udah sepakat menyewa angkot langsung ke Green Canyon dengan harga Rp. 60.000 di isi bertiga doang, coba kalau ada teman patungan, lebih murah bagi-bagi sawerannya. ;)

Jarak Pangandaran ke Green Canyon itu 26 km. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 45 menit. Kalau naek angkot biasa hanya sampai terminal Cijulang, trus dari terminal Cijulang harus naek ojek menuju lokasi dengan harga 10.000/ojek. Setiba di lokasi, kami menuju bagian ticekting, per perahu Rp. 75.000 maksimal 5 orang. Ada 2 orang bule disana, tapi sayang mereka udah beli dulu 1 perahu untuk berdua, they are couple. Kita akhirnya naek satu perahu hanya ber tiga, dengan 2 pemandu perahu. Perjalanan di mulai dengan menyusuri sungai yang tenang, airnya hijau. Awalnya mirip-mirip dengan perjalanan ke Curug Cikaso (Ujung Genteng), tapi bedanya air di Curug Cikaso itu coklat ini hijau. Di kiri-kanan sungai ditumbuhi oleh pohon-pohon dan tanaman yang rindang, membuat suasana disana menjadi sejuk sekali. Ditengah perjalanan perahu kami melihat seekor biawak yang sedang berjemur hehehe…gaya tuh biawak! Bapak tukang perahunya yang nunjukin ke kami, dia menghentikan perahunya agak kami bisa melihat, baik sekali bapak ini, terimakasih Pak!

Perjalanan memakan waktu kurang lebih 10-15 menit menuju ke ujung tempat bersandarnya perahu-perahu karena perjalanan harus di lanjutkan dengan menggunakan seluruh badan, heh?? Maksudnya dengan berjalan trus berenang. Nah di sepanjang perjalanan ini, kami sudah disuguhkan pemandangan yang keren, apalagi udah tiba di inti tujuan. Keren abis dah, la terkataken, kalau kata orang Karo. Indah, menakjubkan, keren, luar biasa! Ini dia foto-fotonya…enjoy yah…
Gw dan Faisal mencoba untuk berenang karena ini satu-satu nya cara untuk pergi ke ujung banget. Dengan alat bantu yang dikenal dengan pelampung, gw dan Faisal beraksi di air melawan arus yang tidak begitu deras, sementara Ida, karena ga bawa baju ganti dia menunggu di tempat mangkal perahunya hehhee… Airnya segar banget…asik buat berenang, tapi untung make pelampung juga sih, kalo engga mah ga kuat. Selama berenang kami memperhatikan kiri-kanan tebing, keren banget, tapi sayang ga ada kamera yang tahan air, jadi kami hanya bisa merekam di kepala kami dan ga bisa diabadikan dalam bentuk sebuah foto.
Ditengah perjalanan menuju ke ujung kami udah kecapean, jadinya memutuskan untuk balik, ga nyampe ujung :(, cape banget soalnya udah jalan malam, trus blon istirahat udah harus berenang lagi di sungai. Oh ia, selagi berenang kami ketemu bule yang kami temui sewaktu di bagian ticketing, dia pengen loncat dari atas batu yang tingginya sekitar 3 meter dari atas sungai, dia ngajakin kami untuk loncat
wanna jump?? I will try it now…”,
no, thank you, I’m afraid”,
come on you have to try it”,
ok, you first and I will think about it…”,
come on…
Hahha…si bule mulai cari jalan supaya bisa naek ke atas batu. Badannya gede, endut…karena bosan nungguin, dan pemandu kami yaitu salah seorang bapak perahu udah ngajak jalan, kami ninggalin si bule tanpa melihat aksinya. Ternyata setelah memutuskan balik dan ga sampai diujung kami ketemu lagi sama si bule dan istrinya, he made a confession hehee… “I didn’t jump, my wife so scare about it…” si istri…”yeah…it’s so dangerous…”. Hehehe…istri nya baek yah… Asik banget orangnya sepertinya. (Loh?? jadi ngebahas istrinya…)

Kami berenang mengikut arus dan ga banyak tenaga terbuang. Yeah…this is cool…one day I will back again to Green Canyon to finish the adventure, sampai ke ujungnya maksud gw hehehe…


Oh ia, kalau berenang ke ujung biasa bisa makan waktu sejam, sementara perahu maksimal biasa 1 jam nungguin kita, kalo lebih katanya kasih biaya tambahan secara suka rela aja, yah itung2 uang tunggu lah. Untungnya juga hari itu Green Canyon lagi ga rame, jadi ga harus ngantri nunggu giliran dapet perahu, kalo udah rame dan ngangtri biasa 1 perahu maksimal 45 menit menunggu pengunjung. Minggu lalu pas libur Kemerdekaan Green Canyon rame banget, jadi antrinya panjang kata supir angkot sewaan kami itu.

Batu Karas Beach
Seru, basah..basah…ganti baju then we decide to go to Batu Karas Beach. Pantai Batu Karas berjarak 7 km dari Green Canyon, dengan jasa ojek seharga 10.000/ojex, kami tiba di pantai Batu Karas. Pantainya biasa aja sih, pas kami disana lagi ada lomba surfing anak-anak dan ada outbond dari mana gt di pantainya. Pantai Batu Karas memang katanya tempat buat surfing walo ombaknya sepertinya kecil banget buat surfing… Ini dia foto pantai Batu Karas.
Sepulang dari Pantai Batu Karas kami berencana balik lagi ke Pangandaran melalui terminal Cijulang. Lagi kami mengunakan jasa ojex Rp. 10.000/ojex. Kami minta jalur “jembatan gantung”, jembatan ini terbuat dari bambu yang diikatkan dengan besi di atas sungai. Beban maksimal jembatan ini adalah 2 motor, atau 4 orang. Bapak ojeknya baek-baek, kami berhenti dulu buat foto-foto disini, ini dia fotonya…
Pantai Pangandaran, Pasir Putih
Dari terminal Cijulang kami naek angkot menuju terminal Pangandaran, harga angkotnya 10.000/orang, apa 15.000 ya? Lupa gw, perjalanannya lamaaaaaaa…ada sejam kalo ga salah. Sempet ketiduran di angkotnya. Capeeeeeee… Dari terminal Pangandaran, lagi menggunakan jasa tukang becak dengan harga yang sama Rp. 10.000/becax. Kami dianterin ke pantai yang rame deket dengan cagar alam dan pasir putih. Setiba di pantai seorang pemuda, halah! mendekati bapak Faisal untuk menawarkan paket wisata disana, dengan biaya Rp 10.000/orang kami naek kapal nelayan menuju pantai pasir putih, ga jauh sih, sebenarnya bisa jalan kaki melewati cagar alam, tapi karena pengen ambil background foto di laut kami jadinya naek kapal, dasar narsis ya, tujuannya buat foto doang.

Di pasir putih ini, bisa snorkling, pantainya bersih dan ga dalam, ada terumbu-terumbu karang gitu, keren euy, tapi airnya lagi surut, mangkanya kapal kami kebentur mulu dengan karang-karang disana. Ada juga orang yang lagi mancing di pantainya. Rame bet! Di pantainya kami disambut oleh monyet-monyet yang bebas berkeliaran di pantai, ada rusa juga, hmmm… ga bahaya kok. Jadi pemandangan yang seru melihat ada monyet-monyet berkeliaran dan loncat dari cabang pohon yang satu ke yang laen. Si Ida beli kacang, karena dipaksa oleh penjual kacang nya sih, untuk diberikan ke si Kiss-Kiss hehehee..nama yang lucuh… “Kiss…kiss…” sambil menjulurkan tangan berisi kacang, si Kiss-Kiss akan datang. Sayangnya si Kiss-Kiss sepertinya bisa mencium aroma kacang yang di senyembunyikan di kantong Ida, si Kiss-Kiss ga mau pergi dan ngikutin Ida kemmana-mana…

Di atas Pasir Putih ini terdapat cagar alam, dimana ada goa Jepang dan hewan-hewan lainnya, macem-mecam sih katanya, cuma utamanya rusa dan monyet.

Setelah berfoto-foto di pasir putih, kami balik ke pantai Pangandaran untuk menantikan sunset. Pak tukang perahu nganterin kami ke dekat cagar alamnya untuk melihat rusa, owww..banyak rusa disana, foto-foto bentar dengan rusa-rusa itu, kami pun beranjak menuju pantai. Yups, this is it…the sunset has come… Lihat deh foto-fotonya…

Makan Malam
Setelah matahari terbenam, kami jalan balik ke penginapan, udah jalan jauh, eh, ga nemu juga persimpangan ke penginapan. Faisal dan Ida udah make acara berdebat kecil “Fa’i sepertinya udah lewat deh…udah jauh gini dan udah sepi lagi…”, “kayaknya blon sih Da, tadi pagi gw juga ke pantai, deket simpangnya itu ada hotel yang lagi di bangun…”, “ia gw juga tadi liat, tapi kayaknya udah lewat deh…”. Secara gw tadi pagi ga jalan ke pantai, jadi gw dengan pasrah ngikut mereka aja. Ga taunya hanya berjarak 20 meter di depan, kami menemukan persimpangannya. Oh ia, sepanjang perjalanan kami nyari tempat makan, eh ga nemu juga tuh…aneh ya…restoran disini dikit, apa semua makan di hotel ya???

Di penginapan mandi dulu baru jalan makan…aseeekkk…makan..makan… Kami menemukan restoran deket penginapan, punya seorang wanita bule, gw lupa nama tempatnya apaan. Restorannya sepi, kami sebenarnya ragu masuk sana, karena petuah orang-orang, kalo baru pertama ke tempat baru, untuk nyari makan itu perhatikan apakah tempat makannya rame pa engga, kalo rame bisa disimpulkan makanannya either itu enak or murah. Kami memesan udang bakar, cumi goreng tepung, capcay, nasi dan minuman, ternyata makannya enak loh…ga pake banget sih, tapi enak! Lumayanlah, secara dibayari Ida juga hehee…makan bertiga menghabiskan duit Rp. 146.000.

Balik ke Jakarta
Sehabis makan, kami balik ke penginapan, trus tidur deh… Pagi-pagi udah siap-siap balik ke Jakarta. Jam 9:20 dari penginapan ke terminal. Di terminal nyari makan, trus bisnya dateng 10:15, bisnya berjudul Budiman, jurusan Bandung. Harga tiket Rp. 33.000. Perjalanan pulang ini menyenangkan walau udah cape, karena lewat beberapa kota di Jawa Barat seperti Tasik dan Garut yang notabene gw blon pernah lewat sebelumnya. Trus agak-agak horor juga, setelah lewat Nagrek, tuh bis mengeluarkan suara-suara aneh hehee…maksud gw sepertinya ada yang lepas deket ban yang menyebabkan terjadi benturan yang buat berisik…haaaaa…ga jelas banget yah gw… gitu deh, intinya tuh bis berisik banget, mana kita duduk di belakang. Kita udah teriak-teriak manggilin supir ga denger dia, kurang ajar! Akhirnya di berhenti dan ngecekin, “udah ga pa pa kok…”, ga pa pa pale lo… berisik nih! Gebleknya tuh bis jalan lagi, masih berisik juga sih, tapi kita udah cuek aja, tapi tiba-tiba “duaarrr…” seperti suara meledak, dan batu kecil dan pasir serta debu masuk ke bis, kami yang di belakang udah panik aja… Udah teriak-teriak si supir tetap ga berhenti, akhirnya kata-kata makian keluar dari mulut gw “anjinggg…berhenti…!!!!” sambil gedor-gedor kaca… (what???). Abis berhenti mereka ngecekin, dan memutuskan memperbaiki sebentar karena harus ada yang di potong, hmm…Bandung masih 21km lagi!

Perjalanan berlanjut dan kami tiba di terminal Caheum Bandung udah jam 5 lewat. Nunggu Damri ke terminal Leuwi Panjang ga ada, mau naik taksi, tukang taksi gadungan nawarin Rp.50.000, nyetop Blue Bird, supirnya serem ama tukang taksi gadungan, kita akhirnya agak jalan ke depan, menjauh dari terminal dan nyetop Blue Bird disana… Tiba di Leuwi Panjang udah mau jam 6. Akhirnya kita pisah, gw naek bis yang ke Rambutan, Faisal dan Ida naek bis yang ke Cempaka Putih… Gw nyampe kosan jam 21:30, cappeeeeee.....


Perjalanan yang menyenangkan... I can’t forget my memories there… It’s wonderful… :)